Jumat, 23 Januari 2009

[my 1st assignment,,hhehehe. . .]

MENJADI AKUNTAN KELUARGA, PERLUKAH?
Begitu mendengar kata akuntansi, yang pertama kali terbayang adalah sebuah perusahaan multinasional dan orang-orang kaya. Para praktisinya yang biasa disebut akuntan adalah orang-orang berdasi yang hanya bergumul dengan deretan persoalan keuangan yang rumit. Seakan-akan hanya mereka yang sukses secara finansial yang memerlukannya. Padahal setiap rumah tangga, walaupun hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak dengan pendapatan yang tidak tergolong “wah”, juga membutuhkannya untuk mendapat kesuksesan finansial.


Tidak perlu menyewa seorang akuntan untuk itu tapi belajar menjadi seorang akuntan dengan praktek akuntansi yang sederhanapun sudah cukup. Dalam tiap keluarga, masalah yang penting dalam kehidupan finansial yang dihadapi sehari-hari sebenarnya bukanlah “berapa banyaknya uang yang kita miliki?” tetapi “bagaimana cara mengelola uang yang kita miliki?”. Mereka yang sudah berduit atau yang biasa disebut orang-orang kalangan atas, sebenarnya bisa sukses bukan karena memiliki uang yang berlimpah tetapi karena mereka tahu cara mengelola uang yang ada di dalam dompet mereka,berapapun jumlahnya.
Begitu pula keuangan dalam sebuah rumah tangga yang menurut sebuah riset di Amerika Serikat 80% pengeluaran rumah tangga dikontrol oleh ibu, bisa sukses bila dapat mengatur keuangan dengan baik walaupun penghasilan pokoknya kecil. Seperti yang dicetuskan oleh Aribowo Prijosaksono,Managing Director Bimasena Group dan penulis buku best seller Self Management Series. Salah satu kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia modern adalah kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan dalam mengelola aset pribadi. Jadi dapat disimpulkan yang memegang peranan penting adalah “Si Pengelola Keuangan”. Tapi, benarkah pernyataan itu?
Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita bicara mengenai akuntansi yang secara luas dikenal sebagai “bahasa bisnis” ini. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan yang bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan dan pihak berkepentingan lainnya. Pencatatan harian yang terlibat dalam akuntansi dikenal dengan istilah pembukuan, sedangkan sistem yang digunakan saat ini adalah pembukuan berpasangan. Penggunaannya cukup sederhana, sistem ini melibatkan pembuatan paling tidak dua masukan untuk setiap transaksi: satu debit pada suatu rekening, dan satu kredit terkait pada rekening lain. Jumlah keseluruhan debit harus selalu sama dengan jumlah keseluruhan kredit. Cara ini akan memudahkan pemeriksaan jika terjadi kesalahan. Sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya tentang “pembukuan” di Venice. Buku berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John Gouge atau Gough pada tahun 1543.
Nah, sekarang masalahnya, benarkah pernyataan-pernyataan yang telah disebutkan di atas? Benarkah dalam keuangan rumah tangga ataupun keuangan pribadi membutuhkan akuntansi? Mengingat bahwa transaksi yang dilakukan sehari-hari tidaklah sebanyak dan serumit perusahaan-perusahaan besar. Jawabannya mudah, ya, kita sangat butuh.
Di era konsumtif ini kebanyakan orang memiliki ‘lubang’ pada dompetnya. Tanpa disadari lubang ini menyebabkan uang mengalir deras keluar tanpa manfaat yang jelas. Berapapun banyaknya uang yang dimasukkan ke dompet, semuanya akan habis tanpa sisa. Terlebih lagi dengan keberadaan kartu kredit yang memungkinkan seseorang untuk berbelanja tanpa membayar cash atau secara tunai. Tanpa disadari sudah banyak orang yang terjerat hutang. Hal itu terus terjadi karena buta akan keadaan keuangan mereka. Uang yang tetap ada di dompet dan kemudahan dalam kartu kredit memunculkan anggapan “masih mampu” untuk berbelanja terus dan terus.
Bila kita mau berperan menjadi akuntan walaupun hanya sesaat,lubang tersebut bisa ditambal dan pengeluaran bisa direm. Tidak perlu yang rumit, hanya pembukuan sederhana,sebuah laporan keuangan untuk keluarga. Pengklarifikasian antara pengeluaran dan pemasukan untuk jangka pendek,tiap bulan misalnya. Serta aset,investasi,tabungan,dan lain-lain untuk jangka panjang. Menyusun laporan keuangan bisa menjadi pengalaman yang mengubah hidup. Laporan keuangan sangat mirip sinar-x. Baik laporan keuangan maupun sinar-x memperlihatkan apa yang tidak bisa dilihat mata telanjang kita. Setelah tersusun dengan rapi, jelas terlihat apakah kita mengidap “kanker finansial” ataukah kita sehat secara finansial. Sekarang kita sudah “melek” akan keadaan finansial kita. Setidaknya, kita memiliki gambaran keadaan saat ini dan perkiraan di masa depan jika terus melakukan pola pengeluaran yang sama.
Dari gambaran tersebut kita dapat menginterpretasikannya menjadi target jangka panjang ataupun jangka pendek. Target seberapa besar pengeluaran yang harus dilakukan serta target pemasukan yang ingin dicapai. Dengan adanya batas yang telah diciptakan sebelumnya, kita bisa mengerem pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu. Terlebih lagi keadaan keuangan yang telah diketahui dengan jelas dapat membuat kita berpikir dua kali sebelum mengeluarkan uang. Intinya, membuat rencana keuangan agar tidak terjatuh ke lubang yang lebih dalam. Singkirkan pemikiran bahwa perubahan tidak akan terjadi. Perubahan pasti akan terjadi dan rencana keuangan yang telah kita siapkan bisa membantu kita menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama perubahan tersebut. Seperti kata pepatah, sebaiknya sedia payung sebelum hujan.
Walaupun terlihat sepele, ternyata akuntansi sangat dibutuhkan oleh para pengelola keuangan rumah tangga. Sesederhana apapun praktek penyusunannya dapat membantu kita menghadapi krisis keuangan di kantong kita. Terlebih lagi dari satu laporan keuangan dapat membantu kita membuat rencana keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Lao Tsu pernah berkata bahwa sebuah perjalanan panjang dimulai dengan langkah kecil. Tidak perlu berusaha keras untuk mengambil “Lompatan Besar ke Depan” tetapi mulailah dengan langkah kecil. Dimulai dari membiasakan diri untuk menjadi seorang akuntan, disiplin mengenai keuangan. Tidak perlu menyusun laporan keuangan yang rumit,cukup yang sederhana saja,lanjutkan dengan membuat rencana keuangan kita. Belajar menjadi seorang akuntan keluarga, kemudian rasakan perubahannya.

Nuansa Sukma
(0810230115)

Daftar Pustaka
Kiyosaki, R.T., dan S. L. Lechter. The Cashflow Quadrant,Panduan Ayah Kaya Menuju Kebebasan Finansial. 2005. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Kartajaya, H., dkk. Winning tha Mom Market in Indonesia, Strategi membidik Pasar Ibu. 2005. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Link Terkait
http://www.wikipedia.org/
http://www.keuanganpribadi.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar