Sabtu, 24 Januari 2009

Membuat Kursor di Flash8

Hmm, punya presentasi Flash yang keren tapi bosen sama kursor panah putih? Jgn khawatir teman2, kali ini aku pengen berbagi caranya bikin kursor di Flash8. Cukup ikutin langkah mudah di bawah ini… gud luck^^


1. Buka Macromedia Flash 8
2. Buat symbol baru dengan memilih menu Insert - New Symbol , atau Ctrl+F8
3. Beri nama “kursor” dan pilih Movie Clip


4. Pada jendela edit symbol kursor, ganti nama Layer 1 menjadi “panah” dengan mengeklik 2x tulisan Layer1.
5. Pada frame1 Layer panah, buat bentuk segitiga dengan Polystar tool.
6. Buat layer baru dengan mengeklik icon insert layer, dan ganti namanya menjadi “bintang”.
7. Pada frame1 layer bintang, buat bintang dengan Polystar tool.



8. Klik kanan frame1 layer bintang, pilih Create Motion Tween.



9. Buka panel Properties dengan menekan Ctrl+F3, pada Rotate options pilih CW



10. Buat keyframe dengan cara mengeklik frame15 layer bintang, lalu tekan F6.
11. Klik frame15 layer panah, lalu tekan F5 untuk memperpanjang durasi keyframe.



12. Keluar dari jendela edit symbol dengan menekan Ctrl+E, dan buka panel Library dengan menekan Ctrl+L.
13. Klik dan geret (drag n drop) movie clip “kursor” dari library ke lembar kerja.
14. Klik movie clip “kursor”, lalu tampilkan panel action script dengan menekan F9. Di dalam panel tersebut, ketikkan kode berikut :

onClipEvent (enterFrame) {
startDrag(this, true);
Mouse.hide();
}

Masih ada lanjutanyya looo, klik disini...

Membuat Efek Pantulan


Membuat efek pantulan seperti diatas sangat mudah lho..hhehe..buat yang pengen tau caranya,, coba deh beberapa langkah mudah di bawah ini^^

1. Buat tulisan di lembar kerja Adobe Photoshop, tambahkan efek bila perlu. Contoh tulisan yang kubuat seperti ini:


2. Klik layer tulisan, lalu tekan Ctrl+J untuk menduplikat layer. Klik pada layer duplikatnya, lalu klik menu Edit – Free Transform, atau tekan Ctrl+T.

3. Klik menu Edit – Transform – Flip Vertical, sehingga hasilnya seperti ini:


4. Masih berada pada layer duplikat, klik icon Add Vector Mask, sehingga muncul kotak putih disebelah layer duplikat


5. Klik kotak putih tersebut lalu pilih Gradient Tool, klik pada warna gradasi untuk menggantinya menjadi warna hitam-putih


6. Ganti warna pink dengan mengeklik dua kali warna tersebut, dan ganti menjadi warna hitam, lalu klik OK


7. Gunakan gradient dengan menarik warnanya ka atas pada tulisan. Bila hasilnya kurang memuaskan, ulangi beberapa kali sampai diperoleh efek yang diinginkan. Mudah kan^^





Masih ada lanjutanyya looo, klik disini...

Jumat, 23 Januari 2009

[my 1st assignment,,hhehehe. . .]

MENJADI AKUNTAN KELUARGA, PERLUKAH?
Begitu mendengar kata akuntansi, yang pertama kali terbayang adalah sebuah perusahaan multinasional dan orang-orang kaya. Para praktisinya yang biasa disebut akuntan adalah orang-orang berdasi yang hanya bergumul dengan deretan persoalan keuangan yang rumit. Seakan-akan hanya mereka yang sukses secara finansial yang memerlukannya. Padahal setiap rumah tangga, walaupun hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak dengan pendapatan yang tidak tergolong “wah”, juga membutuhkannya untuk mendapat kesuksesan finansial.


Tidak perlu menyewa seorang akuntan untuk itu tapi belajar menjadi seorang akuntan dengan praktek akuntansi yang sederhanapun sudah cukup. Dalam tiap keluarga, masalah yang penting dalam kehidupan finansial yang dihadapi sehari-hari sebenarnya bukanlah “berapa banyaknya uang yang kita miliki?” tetapi “bagaimana cara mengelola uang yang kita miliki?”. Mereka yang sudah berduit atau yang biasa disebut orang-orang kalangan atas, sebenarnya bisa sukses bukan karena memiliki uang yang berlimpah tetapi karena mereka tahu cara mengelola uang yang ada di dalam dompet mereka,berapapun jumlahnya.
Begitu pula keuangan dalam sebuah rumah tangga yang menurut sebuah riset di Amerika Serikat 80% pengeluaran rumah tangga dikontrol oleh ibu, bisa sukses bila dapat mengatur keuangan dengan baik walaupun penghasilan pokoknya kecil. Seperti yang dicetuskan oleh Aribowo Prijosaksono,Managing Director Bimasena Group dan penulis buku best seller Self Management Series. Salah satu kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia modern adalah kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan dalam mengelola aset pribadi. Jadi dapat disimpulkan yang memegang peranan penting adalah “Si Pengelola Keuangan”. Tapi, benarkah pernyataan itu?
Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita bicara mengenai akuntansi yang secara luas dikenal sebagai “bahasa bisnis” ini. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan yang bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan dan pihak berkepentingan lainnya. Pencatatan harian yang terlibat dalam akuntansi dikenal dengan istilah pembukuan, sedangkan sistem yang digunakan saat ini adalah pembukuan berpasangan. Penggunaannya cukup sederhana, sistem ini melibatkan pembuatan paling tidak dua masukan untuk setiap transaksi: satu debit pada suatu rekening, dan satu kredit terkait pada rekening lain. Jumlah keseluruhan debit harus selalu sama dengan jumlah keseluruhan kredit. Cara ini akan memudahkan pemeriksaan jika terjadi kesalahan. Sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya tentang “pembukuan” di Venice. Buku berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John Gouge atau Gough pada tahun 1543.
Nah, sekarang masalahnya, benarkah pernyataan-pernyataan yang telah disebutkan di atas? Benarkah dalam keuangan rumah tangga ataupun keuangan pribadi membutuhkan akuntansi? Mengingat bahwa transaksi yang dilakukan sehari-hari tidaklah sebanyak dan serumit perusahaan-perusahaan besar. Jawabannya mudah, ya, kita sangat butuh.
Di era konsumtif ini kebanyakan orang memiliki ‘lubang’ pada dompetnya. Tanpa disadari lubang ini menyebabkan uang mengalir deras keluar tanpa manfaat yang jelas. Berapapun banyaknya uang yang dimasukkan ke dompet, semuanya akan habis tanpa sisa. Terlebih lagi dengan keberadaan kartu kredit yang memungkinkan seseorang untuk berbelanja tanpa membayar cash atau secara tunai. Tanpa disadari sudah banyak orang yang terjerat hutang. Hal itu terus terjadi karena buta akan keadaan keuangan mereka. Uang yang tetap ada di dompet dan kemudahan dalam kartu kredit memunculkan anggapan “masih mampu” untuk berbelanja terus dan terus.
Bila kita mau berperan menjadi akuntan walaupun hanya sesaat,lubang tersebut bisa ditambal dan pengeluaran bisa direm. Tidak perlu yang rumit, hanya pembukuan sederhana,sebuah laporan keuangan untuk keluarga. Pengklarifikasian antara pengeluaran dan pemasukan untuk jangka pendek,tiap bulan misalnya. Serta aset,investasi,tabungan,dan lain-lain untuk jangka panjang. Menyusun laporan keuangan bisa menjadi pengalaman yang mengubah hidup. Laporan keuangan sangat mirip sinar-x. Baik laporan keuangan maupun sinar-x memperlihatkan apa yang tidak bisa dilihat mata telanjang kita. Setelah tersusun dengan rapi, jelas terlihat apakah kita mengidap “kanker finansial” ataukah kita sehat secara finansial. Sekarang kita sudah “melek” akan keadaan finansial kita. Setidaknya, kita memiliki gambaran keadaan saat ini dan perkiraan di masa depan jika terus melakukan pola pengeluaran yang sama.
Dari gambaran tersebut kita dapat menginterpretasikannya menjadi target jangka panjang ataupun jangka pendek. Target seberapa besar pengeluaran yang harus dilakukan serta target pemasukan yang ingin dicapai. Dengan adanya batas yang telah diciptakan sebelumnya, kita bisa mengerem pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu. Terlebih lagi keadaan keuangan yang telah diketahui dengan jelas dapat membuat kita berpikir dua kali sebelum mengeluarkan uang. Intinya, membuat rencana keuangan agar tidak terjatuh ke lubang yang lebih dalam. Singkirkan pemikiran bahwa perubahan tidak akan terjadi. Perubahan pasti akan terjadi dan rencana keuangan yang telah kita siapkan bisa membantu kita menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama perubahan tersebut. Seperti kata pepatah, sebaiknya sedia payung sebelum hujan.
Walaupun terlihat sepele, ternyata akuntansi sangat dibutuhkan oleh para pengelola keuangan rumah tangga. Sesederhana apapun praktek penyusunannya dapat membantu kita menghadapi krisis keuangan di kantong kita. Terlebih lagi dari satu laporan keuangan dapat membantu kita membuat rencana keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Lao Tsu pernah berkata bahwa sebuah perjalanan panjang dimulai dengan langkah kecil. Tidak perlu berusaha keras untuk mengambil “Lompatan Besar ke Depan” tetapi mulailah dengan langkah kecil. Dimulai dari membiasakan diri untuk menjadi seorang akuntan, disiplin mengenai keuangan. Tidak perlu menyusun laporan keuangan yang rumit,cukup yang sederhana saja,lanjutkan dengan membuat rencana keuangan kita. Belajar menjadi seorang akuntan keluarga, kemudian rasakan perubahannya.

Nuansa Sukma
(0810230115)

Daftar Pustaka
Kiyosaki, R.T., dan S. L. Lechter. The Cashflow Quadrant,Panduan Ayah Kaya Menuju Kebebasan Finansial. 2005. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Kartajaya, H., dkk. Winning tha Mom Market in Indonesia, Strategi membidik Pasar Ibu. 2005. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Link Terkait
http://www.wikipedia.org/
http://www.keuanganpribadi.com/


Masih ada lanjutanyya looo, klik disini...

Les Renang Menyebalkan

Critanya berawal dari beberapa bulan yang lalu. Saking paniknya bakal ada tes renang di semester2, akhirnya aku memutuskan buat ikut les renang di deket rumah, mumpung masih ada waktu buat belajar.

Les renang emang gag termasuk salah satu les yang paling menyenangkan. Apalagi karena di tempat terbuka yang jelas-jelas kliatan banget kalo ada anak umur 15 tahun yang gag bs berenang. Menyedihkan memang [I know!] ...

Tapi apa boleh buat, tuntutan pekerjaan sebagai murid SMA yang kebetulan sudah gagal di semua cabang olahraga yang diujikan, jadi dengan berat hati aku berangkat les seorang diri.

Begitu sampai di sana—seperti biasa—udah dipenuhi sama orang-orang sipit yang lagi berenang. Tapi pemandangan yang lebih mengganggu sebenarnya adalah kenyataan kalo disitu juga banyak anak kecil yang berenang kesana kemari. Hm, sekarang aku tau fungsi sebenarnya dari kolam khusus untuk anak2, yaitu selain lebih aman buat anak kecil, juga mencegah remaja2 yang belum bisa berenang kehilangan kepercayaan diri dan merasa terhina dengan kenyataan tersebut. =_____=

Anyway, mengabaikan itu semua, aku segera nyemplung n ketemu sama Pak Kus [guru renangku]. Karena udah satu minggu gag les, jadi disuruh ngulang gaya katak bolak-balik dari ujung ke ujung kolam renang.

Gilak! Ternyata aku kerepotan! Buat renang gaya kotak untuk jarak yang gag nyampe 10 meter aja aku gag kuat. Berkali-kali harus berhenti gara-gara kecapekan. Untung aja dalemnya Cuma 1 meter.
Nasihat Pak Kus juga gag bergerak dari:
“Mbak, gerakan tangannya kurang lebar!”
“Mbak,, tangannya kurang ke bawah.”
“Mbak kepalanya diangkat.”
“Lho Mbak, airnya jangan diminum!”
dengan ekspresi takut air kolamnya habis kuminum.
Ya ku jawab aja, “hhehe, habis saya tadi capek pak, haus, jadi saya minum aja..hhehe..lumayan kok pak” heran! Sapa juga yang pengen minum air kolam. Kalo diteliti di bawah mikroskop, pasti banyak bakteri2 n protista yang lagi berenang-renang. Mungkin aja berenangnya pake gaya katak [sial!masa aku kalah sama hewan bersel satu!]
Tapi demi uang 450rbu—dua gaya sampai bisa—air 2 galon pun tetep kuminum, yang penting bisa berenang! Yeah! Jadi kubulatkan tekadku, kukobarkan semangatku n udah siap berenang lagi tanpa berhenti sebelum sampe ke ujung.

Baru separo jalan, tiba2 dengan kurang ajarnya ada cowok melintas di depanku dengan gaya katak. Humph!ni cowok pasti belum pernah diludahin cewek cantik..! tau sih kalo kolamnya gag gede2 amat, tapi kenapa harus pamer di depanku [why??!!] Oke, mgkn dia gag ada maksud buat pamer, tapi aku hampir yakin kalo dia sebenernya ngejek aku..humph!

Just as I thought things couldn’t get any worse, tiba2 Pak Kus bilang dengan polosnya,
“Ayo Mbak, ke kolam yang dalam.”
“HE??!?!!?!?!??!!Pak, jangan gila dong??!!”
hampir aja keceplosan ngomong gitu, tapi akhirnya kutelen lagi, n’ sebagai gantinya aku Cuma bilang, “Kapan-kapan aja deh pak. Masih belum siap.” Sambil senyum-senyum kayak orang sarap.
“Gag papa, bisa kok, nanti kalo tenggelam saya tangkep. Ikutin pelampung ini aja” kata Pak Kus dengan santainya sambil megang pelampung.
Aku sempet noleh kanan-kiri sapa tau ada kamera tersembunyi n’ ternyata aku lagi ada di semacam acra “Candid Camera.” Setelah memastikan gag ada kamera dmanapun, akhirnya aku memutuskan mau ngambil hape dulu n pesen kamar di RSU [just in case]. I know it wasn’t a big deal, tapi jujur aja aku paling takut mati tenggelam, terutama mati tenggelam 2 hari sebelum rapotan [gag banget kan?]“Lho, ayo Mbak!” Pak Kus mulai heran kenapa aku malah menuju arah yang berlawanan.
Akhirnya—mengurungkan niat buat menghubungi RSU—dengan pasrah aku mulai berenang di kolam dalem. Baru separo jalan rasanya bener2 gag kuat, tapi ternyata naluriku untuk bertahan hidup mengalahkan rasa capek. Akhirnya berhasil deh smpe ke ujung 
Merasa puas, aku nyobak lagi, tapi kali ini aku berenang di perbatasan antara kolam yang dangkal sama yang dalem. Udah hampir smpe ke ujung, tiba2 muncul lagi tu cowok sialan, untung aja gag tabrakan, tapi aku hampir tenggelam. Begitu kepalaku berhasil muncul ke permukaan, tu cowok ngliatin dengan pandangan “Ih, ni cewek belagu amat sih. Berenang aja belom bisa udah mau nabrak gw!” Kubales aja dengan pandangan, “Apa lo liat2!”Jadi sebelum terlibat perang mata dengan orang lain lagi, akhirnya kuputuskan ntuk menyudahi renang hari itu.




Masih ada lanjutanyya looo, klik disini...

Senin, 19 Januari 2009

Pelajaran Menuju Kedewasaan [part1]

Hmm, merasa sudah waktunya beranjak dewasa, aku pengen berbagi beberapa pelajaran yang kuperoleh dalam perjalanan menuju kedewasaanku [cieeee…..]. jadi ngrasa tua nii, ehm, tapi gapapa, daripada terus-terusan jadi anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa, mending ikutin aja proses metamorphosis yang menjadikan kita benar-benar manusia dan menyingkap misteri kehidupan serta peran keberadaan kita di dunia ini [wuz!sok puitis ni?! :p]

Jadi langsung aja kita ke pelajaran menuju kedewasaan versi Kharisma Pawestri :

1. Jangan pernah membantah nasihat orang yang lebih tua, termasuk kakak kelas. Terutama nasihat yang bunyinya, “perasaan kok dipake mainan sih? Ntar jadi gag bisa bedain perasaan yang bener sama yang main-main lho…”


2. Cowok itu makhluk yang sulit dimengerti [aku sempet menduga mereka sebenarnya spesies yang berbeda dari cewek..hmm=?] Cowok itu gampang marah, gampang suudzon, gampang cemburu, gampang tersinggung, egois, kekanak-kanakkan, manja, menyebalkan. Terutama Cowok “itu”!

3. Dilarang keras mempermainkan perasaan orang, dengan alasan apapun, meski seseru apapun. DOSA BESAR!!AWAS KARMA!! [bikin orang lain ge-er termasuk mempermainkan perasaan. Be careful!]

4. A friend once told me : “kalo ada orang bilang sukak, meskipun gag nembak n gag jadian, berarti dia berharap kamu bisa pinter-pinter jaga perasaannya.” Akhir-akhir ini aku baru sadar kalo itu sama artinya dengan : DILARANG curhat soal cowok yang kamu sukak ke cowok yang udah jelas-jelas ngaku dia sukak kamu!

Mengingat perjalananku masih panjang, jelas belum berhenti smpe disini..hhehe.. buat yang punya pelajaran-pelajaran penting lainnya, bagi2 ya… ^^



Masih ada lanjutanyya looo, klik disini...

Tips Sukses Menghadapi 2 Jam Pelajaran Sosiologi

Perlu dicatat bahwa tips ini hanya berlaku jika guru sosiologimu adalah guru yang killer, amat disiplin, dan lebih banyak berbicara daripada mendengarkan.

1. Masuk kelas 10 menit sebelum bel berbunyi, hal ini dilakukan karena Sang Guru pasti datang 5 menit sebelum bel, menutup pintu, mengeluarkan daftar presensi, dan mulai mengabsen murid satu-persatu [trust me, u don’t wanna be late!]

2. Sebisa mungkin duduk dibelakang dan terhindar dari pandangan guru sehingga apapun yang kita lakukan tidak menarik perhatian beliau.


3. Siapkan bantal mengingat dongeng pengantar tidur akan segera dimulai. Kalo ketangkep tidur di kelas, bilang aja kamu lagi meresapi setiap kata yang diucapkan sama beliau dan merasa tersentuh sampai memejamkan mata ^^v

4. Kalo gag kebagian tempat duduk dibelakang,siapkan pensil dan kertas, lalu mulailah menggambar hal-hal geje sambil pasang tampang “sibuk mencatat”

5. Hindari melakukan hal mencolok yang menarik perhatian Sang Guru untuk mencegah munculnya sindiran tajam nan ng-Jleb!


Masih ada lanjutanyya looo, klik disini...

Tugas Bimbingan Konseling

Alkisah waktu aku masih kelas 1 SMA, ada pelajaran yang judulnya BK alias Bimbingan Konseling (smpe sekarang pun masih ada sih). Nah, hingga detik ini aku masih ragu apa sebenarnya fungsi dari pelajaran tersebut. Gag heran sih mengingat aku juga gag yakin apa manfaat pelajaran fisika, kimia, biologi, sejarah, n kewirausahaan. Anyway—mengesampingkan betapa misteriusnya manfaat pelajaran BK—suatu siang yang cerah, tiba2 sang guru BK yang seolah-olah gag nyadar kalo separo kelas udah tertidur lelap, ngasih pe-er yang isinya beberapa pertanyaan (lebih mirip melengkapi kalimat sih). Gini ni pertanyaannya :

1. Saya suka…..
2. Kadang-kadang saya berharap….
3. Apabila saya mendapat nilai buruk…..
4. Saya tidak dapat….
5. Ketika saya masih lebih muda…..
6. Sebagian orang yang saya kenal….
7. Saya ingin mengetahui…..
8. Apabila saya ada di kelompok baru…..
9. Saya takut….
10. Saya merasa bingung jika…..
11. Cita-cita saya…..
12. Kejadian baru yang mengesankan yang saya alami…..
13. Kesan saya tentang hari ini….

Setelah memeras otak kurang lebih selama 3 jam—dengan rincian tidur siang selama 2 setengah jam dan ke kamar mandi 15 menit—akhirnya semua pertanyaan tadi dengan sukses terjawab sebagai berikut.

1. Saya suka sekali alias ng-fans berat sama Orlando Bloom. ^^
2. Kadang-kadang saya berharap bisa memanfaatkan waktu dengan lebih optimal tanpa perlu menyesali apa yang telah atau tidak pernah saya kerjakan.
3. Apabila saya mendapat nilai buruk, saya akan menghibur diri sendiri dengan mengatakan bahwa pelajaran tersebut tidak relevan dengan cita-cita saya, kemudian teringat bahwa saya belum menentukan ingin jadi apa di masa depan.
4. Saya tidak dapat mengerjakan tugas lebih dari sehari sebelum deadline.
5. Ketika saya masih lebih muda—bukannya sekarang sudah tua atau apa—saya suka bertanya-tanya apa yang akan terjadi di masa depan.
6. Sebagian orang yang saya kenal adalah manusia yang yang punya jantung, paru2, serta organ tubuh lainnya
7. Saya ingin mengetahui seperti apa hasil perkawinan burung puyuh dan penguin.
8. Apabila saya ada di kelompok baru, saya akan langsung menyamar jadi Kate Winslet agar semua terpukau.
9. Saya takut lari keliling SMA Tugu [kenapa harus lari kalo bisa ngesot?!]
10. Saya merasa bingung jika melihat tikus kawin dengan tupai.
11. Cita-cita saya sudah sepenuhnya saya serahkan kepada Yang Maha Kuasa.
12. Kejadian baru yang mengesankan yang saya alami, mimpi berada dalam petualangan Pirates of the Caribbean yang diselingi dengan kebangkitan Lord Voldemort. =?
13. Kesan saya tentang hari ini, kalau saja sekolah pulangnya lebih pagi, pasti jam tidur siang saya lebih panjang dan berkualitas.

Hm, semoga jawabanku itu bisa memberi gambaran yang jelas tentang apapun yang ingin diketahui oleh Sang Guru, meskipun ada yang bilang kesannya seperti ditulis oleh orang yang tidak punya kehidupan [ah, masak sih?!]

Kalau kamu yang dapet soal itu, apa jawabanmu????

Masih ada lanjutanyya looo, klik disini...

Minggu, 18 Januari 2009

Eksistensi Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Rasa Nasionalisme

…kami poetra poetri Indonesia mendjoendjoeng tinggi bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928
Malam 28 Oktober 1928, lebih dari 700 orang yang terdiri dari wakil-wakil perkumpulan pemuda hadir dalam rapat akbar, Kongres Pemuda II, menyuarakan sumpah setia mereka yang terkenal hingga saat ini, Sumpah Pemuda. Tidak hanya rangkaian kata melainkan janji yang disusun dengan rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, sumpah ini kemudian menjadi landasan untuk mencapai Indonesia merdeka.


Begitu bangganya pemuda-pemudi Indonesia masa itu menjadi bangsa Indonesia yang ikut ambil bagian dalam memperjuangkan Bahasa Indonesia. Bahasa yang dipercaya dapat mempersatukan seluruh rakyat di berbagai pelosok daerah. Bahasa ini pula yang dipakai untuk mengorbankan semangat para pejuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Patutlah bila kita bangga menggunakan Bahasa Indonesia, tidak hanya sebagai bahasa resmi pada instansi-instansi pemerintah atau pada lembaga-lembaga pendidikan formal, namun hendaknya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar merambah hingga ke bahasa pergaulan sehari-hari.


Kecewa! Mungkin itu yang dirasakan para pejuang dahulu yang telah bersusah payah memerdekakan Bahasa Indonesia sehingga menjadi bahasa nasional seperti saat ini. Rasa bangga yang dulu melekat kuat kini perlahan mulai menguap. Sumpah Pemuda yang diserukan dengan penuh rasa cinta tanah air, kini hanya menjadi rangkaian kata yang dihafalkan menjelang ulangan.


Berlandaskan alasan globalisasi dan prestise, masyarakat mulai kehilangan rasa bangga menggunakan bahasa masional. Tidak hanya pada rakyat kecil, ‘krisis bahasa’ juga ditemukan pada para pejabat negara. Kurang intelek katanya kalau dalam setiap ucapan tidak dibumbui selingan bahasa asing yang sebenarnya tidak perlu, karena toh istilah itu juga ada dalam Bahasa Indonesia.


Tidak mau ketinggalan, rumah makan saat ini pun banyak yang menggunakan nama dalam bahasa asing. Tujuannya supaya tampak tidak ketinggalan zaman dan mendatangkan lebih banyak konsumen. Sebut saja Waroeng Steak n Shake, kata pertama menggunakan Bahasa Indonesia dalam ejaan lama, sedangkan kata berikutnya dalam Bahasa Inggris.


Sulit dipungkiri memang, bahasa asing kini telah menjamur penggunaannya. Mulai dari judul film, judul buku, judul lagu, sampai pemberian nama merk produk dalam negeri. Kita pun merasa lebih bangga jika lancar dalam berbicara bahasa asing. Namun, apapun alasannya, entah itu menjaga prestise, mengikuti perkembangan zaman, ataupun untuk meraup keuntungan, tanpa kita sadari secara perlahan kita telah ikut andil dalam mengikis kepribadian dan jati diri bangsa kita sendiri.


Seolah tidak lepas dari kian maraknya penyusupan istilah-istilah asing yang menggerogoti bahasa nasional, penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak tepat pun ikut merusak tatana bahasa yang telah diatur sedemikian rupa. Tidak tepat maksudnya tidak sesuai dalam hal ejaan, struktur, maupun konteks kalimat.


Ketidaksesuaian ini banyak ditemukan pada iklan-iklan berbagai produk yang sering kita jumpai. Kata-kata yang ditata sedemikian rupa sengaja tidak mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang ada, tujuannya agar lebih persuasif dan menarik minat pembaca. Tidak salah memang, tetapi jika ini menjadi kebiasaan yang terus-terusan tentu akan membuat kita sulit membedakan mana yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mana yang tidak. Hal ini akan berujung pada rusaknya Bahasa Indonesia itu sendiri. Bukankah kita seharusnya melindungi bahasa ibu dan bukan merusaknya demi kepentingan pribadi atau meraup keuntungan?


Menilik kesuksesan negara-negara besar yang bangga akan bahasa nasional mereka sendiri, sudah sepatutnya kita meniru salah satu sifat mulia tersebut. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kepribadian. Di mana letak kepribadian bangsa Indonesia jika masyarakat sendiri lebih bangga menggunakan bahasa asing?


Globalisasi memang tidak dapat dihindari. Akulturasi bahasa nasional dengan bahasa dunia pun menjadi lebih terasa perannya. Menguasai bahasa dunia dinilai sangat penting agar dapat bertahan di era modern ini.


Namun sangat disayangkan jika masyarakat menelan mentah-mentah setiap istilah-istilah asing yang masuk dalam Bahasa Indonesia. Ada baiknya jika dipikirkan dulu penggunaannya yang tepat dalam setiap konteks kalimat. Sehingga penyusupan istilah-istilah tersebut tidak terlalu merusak tatanan bahasa nasional.


Penanaman rasa cinta tanah air yang dimulai sejak dini bisa menjadi salah satu solusi menghadapi ‘krisis bahasa’ saat ini. Dari sekian banyaknya hal yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia, bahasa nasional adalah salah satunya. Tidak peduli agama apapun, suku apapun, ras apapun, kita merasa dipersatukan oleh bahasa yang sama, Bahasa Indonesia. Mengingat perannya yang begitu besar, sudah sepatutnya kita menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia, seperti yang tertuang dalam Sumpah Pemuda.


Meningkatkan rasa cinta pada Bahasa Indonesia secara otomatis meningkatkan rasa cinta tanah air. Kebanggaan menggunakan bahasa nasional melebihi bahasa internasional akan meningkatkan rasa nasionalisme. Sehingga tidak berlebihan jika bahasa diharapkan sebagai salah satu media untuk meningkatkan rasa nasionalisme.


Karya-karya sastra yang dilahirkan oleh sastrawan Indonesia hendaknya tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi semata atau sekedar konsumsi yang menarik bagi pembaca, namun sebaiknya juga memikirkan dampaknya bagi masyarakat terutama dalam penggunaan bahasanya yang tepat. Karya sastra yang beredar sedapat mungkin dimanfaatkan untuk meningkatkan rasa cinta pada Bahasa Indonesia serta membenahi penggunaan istilah-istilah yang kurang tepat, bukan menjadi media yang memberi kontribusi dalam perusakan tatanan bahasa. Patut diakui, sastrawan-sastrawan Indonesia telah berhasil menelurkan karya-karya cerdas yang menarik perhatian masyarakat. Sebut saja tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Ayat-ayat Cinta dan dwilogi Ketika Cinta Bertasbih oleh Habiburrahman el Shirazy, yang kini banyak diminati oleh pembaca. Ketatnya persaingan karya sastra dalam negeri dengan karya sastra terjemahan, seharusnya bisa menjadi pemicu untuk lebih mengembangkan sastra dalam negeri. Novel-novel dan sastra asing memang pada akhirnya akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, namun dilihat dari segi struktur kalimatnya, kedua bahasa tersebut tidak dapat disamakan. Dampaknya, akan ada bagian-bagian atau kalimat-kalimat yang terjemahannya terkesan dipaksakan meskipun tidak sesuai dengan struktur kalimat Bahasa Indonesia. Menghindari pemaksaan yang merusak struktur kalimat Bahasa Indonesia, sastrawan dalam negeri dituntut untuk dapat melahirkan karya-karya yang mampu bersaing dengan ‘sastra impor’. Sehingga diharapkan pembaca akan lebih banyak mengkonsumsi sastra dalam negeri dibandingkan dengan sastra terjemahan.

Karya sastra yang dirangkai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan dikemas dengan menarik, tentu dapat meningkatkan rasa nasionalisme, terutama cinta pada Bahasa Indonesia. Jika dilakukan dengan benar, sastra yang dilahirkan melalui Bahasa Indonesia bisa menjadi media utama meningkatkan rasa cinta pada tanah air. Sesuai isi Sumpah Pemuda, sebagai pemuda-pemudi Indonesia sudah sepatutnya kita turut menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Namun mampukah kita menjaga sumpah setia itu? Jika bukan kita yang bangga berbahasa Indonesia, siapa lagi?

Masih ada lanjutanyya looo, klik disini...